KORDOFON
Oleh:
1. M
Hafiedz Alfaziri
2. Kunardi
Wibowo
3. Mela
Rahhmadani
4. Suci
Rahmawati Ramadhan
SMAAN 2 BANDAR LAMPUNG
TP 20013/20114
KORDOFON
Kordofon adalah alat musik yang
sumber bunyinya berasal dari dawai, senar, atau tali yang bergetar. Biasanya
alat musik ini mempunyai resonasi, memainkannya ada yang dipetik, ada yang
digesek, dan ada juga yang ditekan.
Ketika kita berpikir tentang chordophone yang pertama yang datang ke
pikiran kita mungkin adalah gitar klasik, tetapi keluarga Kordofon mencakup
banyak instrumen lainnya, dari contrabass ke banjo.
Keluarga Kordofon ini tidak hanya sangat besar, itu juga sangat
kuno: Kordofon pertama, atau setidaknya leluhur Kordofon modern, digunakan
bahkan dalam prasejarah. Nenek moyang kita menciptakan apa yang disebut “busur
bumi”, semacam busur berburu yang terbuat dari tongkat fleksibel dan tali
memanjang ke yang berakhir (kemudian itu dilengkapi juga dengan sebuah kotak
suara, yang bisa berasal dari kelapa kosong, dari pemotongan setengah labu dan
sebagainya), dan “reed gambus”, yang berasal dari alang-alang bambu, dari
orang-orang yang mengambil strip tipis kulit. Instrumen yang sekarang beberapa,
seperti kecapi dan Zither, berasal dari eksperimen musik ini pertama yang
dilaksanakan oleh nenek moyang kita.
Dengan berlalunya waktu bangsa-bangsa masa lalu meningkatkan teknik
untuk membuat lebih maju Kordofon, menemukan juga beberapa perangkat yang dapat
digunakan untuk meningkatkan intensitas suara, seperti resonators. Banyak orang
kuno yang digunakan untuk tahu dan menghargai Kordofon: dari Mesir, yang
bersama dengan orang Yahudi, bangsa-bangsa Mesopotamia, orang Yunani dan Roma
digunakan di atas semua kecapi, Zither dan lyres, untuk orang-orang Asia, yang
digunakan untuk bermain Kordofon jenis lain, seperti k’in kecapi tujuh, p’a P’i
empat kecapi (keduanya berasal dari Cina), vina India dan sarangi empat kecapi
India. Dari instrumen ini untuk Kordofon yang kita gunakan sekarang, seperti
gitar dan biola, itu bukan langkah singkat: kecapi pertama muncul di abad ke-16,
dan dari instrumen ini datang berbagai macam mandola dan mandolin dan
sebagainya, sementara gitar klasik diciptakan hanya dalam abad ke-19.
Mengingat asal-usul purba keluarga Kordofon dan Difusi mereka antara
banyak bangsa yang berbeda, tidak heran bahwa ada yang banyak subkategori
Kordofon. Secara umum Kordofon dibagi tiga kategori: sujud instrumen string,
memetik senar instrumen dan menghantam alat musik dawai. Kategori instrumen
Berdawai termasuk Kordofon di mana getaran akord diproduksi dengan busur kecil
terbuat dari horsehairs. Kategori ini berisi alat musik seperti biola, cello,
biola dan contrabass. Adapun alat musik dawai dipetik, suara yang dihasilkan
memetik senar dengan plectrum atau dengan jari. Ini adalah perkara yang
mencirikan alat musik seperti harpa, banjo, sitar, bass, dan semua jenis gitar,
dari rakyat untuk gitar listrik, kecapi, mandolin, ukulele dan seterusnya.
Kategori ketiga, yang melanda instrumen string, termasuk alat musik seperti
piano, piano dan clavichord, dimana akord bergetar berkat beberapa palu, yang
biasanya diaktifkan oleh keyboard.
A.
ALAT
MUSIK KORDOFON
1.
KECAPI

Pengenalan: Kecapi Merupakan alat musik yang
sumber suaranya adalah berasal dari dawai
yang diregangkan dan bergetar.
Cara
Bermain: Alat musik
dawai/tali/senar yang cara memainkannya dengan dipetik menggunakan jari tangan
atau alat yang disebut plectrum.
2.
BIOLA

Dimana biola ini sumber bunyinya
dari dawai yang diregangkan dan bergetar,yang disebut juga kordofon
3.
SAPE/SAPEH

Pengenalan: sejenis alat tali daripada keluarga
lute yang berleher pendek dan talinya dipetik. Badannya diperbuat
daripada jenis kayu lembut, lazimnya ‘meranti’ yang agak memanjang iaitu elongated
telah ditebuk dan berperanan sebagai ruang gema. Bentuknya kelihatan
seolah-olah seperti sampan dan sering di sebut sebagai the boat lute oleh
para sarjana dari barat.
Fungsi: Sape cukup terkenal bagi suku kaum
‘kayan’ dan ‘kenyah’. Ianya dimainkan untuk muzik hiburan serta mngiringi
tarian seperti Datun Julud dan Ngajat, sejenis tarian pahlawan yang sering
dikaitkan dengan gead hunting mengilut lagenda mereka dan kini
tidak lagi diamalkan.
Sape/Sapeh
Cara
Bermain: Tali-tali
dipetik dengan menggunakan ibu jari pemain dan penghasilkan melodi hanya
berlaku pada tali satu sahaja. Tali selebihnya berfungsi sebagai drone yang
dimainkan dalam keadaan terbuka(in open string) pada derap terakhir bagi setiap
keratin frasa lagu. Tali bagi alat sape telah dipasang merintangi badanya
dengan sokongan oleh penugkat tali (brige) yang bersifat moveable untuk tujuan
penalaannya mengikut konteks lagu yang ingin dipersembahkan
4.
GAMBUS
Gambus adalah alat
musik petik seperti mandolin
yang berasal dari Timur Tengah. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar.
Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Sebuah orkes memakai alat musik utama berupa gambus
dinamakan orkes gambus atau
disebut gambus saja. Di TVRI dan RRI, orkes gambus pernah
membawakan acara irama padang pasir.
Orkes
gambus mengiringi tari Zapin yang seluruhnya dibawakan pria untuk tari pergaulan. Lagu
yang dibawakan berirama Timur Tengah. Sedangkan tema liriknya adalah keagamaan.
Alat musiknya terdiri dari biola, gendang,
tabla
dan seruling.
Kini, orkes gambus menjadi milik orang Betawi dan banyak diundang di pesta
sunatan dan perkawinan. Lirik lagunya berbahasa Arab, isinya bisa doa atau
shalawat. Perintis orkes gambus adalah Syech Albar
seorang Arab-Indonesia, bapaknya Ahmad Albar,
dan yang terkenal orkes gambus El-Surayya dari kota Medan
pimpinan Ahmad Baqi.
5.
TEHYAN

Tehyan
adalah salah satu alat musik Betawi hasil perpaduan kebudayaan Tionghoa yang
masih tersisa. Menurutnya, saat ini Tehyan mulai jarang dijumpai karena
langkanya alat musik Tehyan digunakan oleh masyarakat.
Tehyan
merupakan alat musik gesek berbentuk panjang dengan bagian bawah yang agak
melebar. Jika diamati, alat musik ini mirip rangka manusia mulai bagian badan
hingga bokong. Tangga nada dalam alat musik Tehyan yang diatonis, dalam
permainannya lebih mengandalkan feeling atau perasaan. Itulah yang membuat alat
musik ini berbeda dengan alat musik lainnya.
cara memainkannya digesek dengan alat khusus pada bagian senarnya dawainya seperti memainkan oila.
cara memainkannya digesek dengan alat khusus pada bagian senarnya dawainya seperti memainkan oila.
6.
SASANDO

Sasando
adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari pulau
Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama
Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang
bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote
sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya
seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat
dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi
ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di
tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang
berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam
sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti
kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.
7.
JAPEN
JapenAlat musik japen merupakan
alatmusic asli daerah Kalimantan, nama japen berasal dari bentuknya yang
sangatunik.
8.
SITAR

adalah
salah satu jenis alat musik yang berasal dari Asia
Selatan. Alat musik klasik Hindustan
yang menggunakan dawai/senar. Alat musik ini menggunakan dawai simpatetik
bersama dengan dawai biasa dan ruang resonansi menggunakan gourd
(sejenis buah-buahan yang dikeringkan dan berongga di dalamnya) sehingga
menghasilkan suara yang unik. Sitar merupakan alat musik yang sering digunakan
dalam seni musik klasik hindustan sejak Zaman
Pertengahan. Sitar diyakini telah diturunkan dari
Veena instrumen kuno India dan dimodifikasi oleh musisi pengadilan Mughal agar
sesuai dengan selera pelanggan Persia dan dinamai alat Persia yang disebut
Setar (berarti "tiga senar"). Sejak itu, sitar mengalami banyak
perubahan, dan sitar modern yang berkembang di India abad ke-















0 komentar:
Posting Komentar